Tarawih di Masjid Cheng Hoo Pandaan; Durasi Dipersingkat-Jaga Jarak - Kabupaten Pasuruan

Tarawih di Masjid Cheng Hoo Pandaan; Durasi Dipersingkat-Jaga Jarak

3198x dibaca    2020-05-12 10:32:05    Administrator

Tarawih di Masjid Cheng Hoo Pandaan; Durasi Dipersingkat-Jaga Jarak

Masjid Muhammad Cheng Hoo, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, masih tetap menggelar salat tarawih berjamaah sekaligus tadarus Alquran. Namun, adanya pandemi korona membuat jamaah harus menjaga jarak, bahkan ada kegiatan yang terpaksa ditiadakan.

————–

Masjid Muhammad Cheng Hoo merupakan salah satu masjid tersohor di Kabupaten Pasuruan. Berlokasi di Kelurahan Petungasri, Kecamatan Pandaan, masjid ini sekaligus menjadi ikon wisata religi.

Saat masa pandemi virus korona sekaligus memasuki Ramadan 1441 Hijriah, kegiatan peribadatan di masjid ini masih digelar. Seperti salat tarawih berjamaah yang dilanjutkan dengan tadarus Alquran.

Begitu azan Isya berkumandang, sejumlah jamaah terlihat berdatangan ke masjid. Usai dilantunkan ikamah, mereka membentuk saf. Tak seperti biasa. Bila biasanya jamaah saling berusaha merapatkan barisannya, kini berbeda. Mereka seakan enggan berdekatan, membentuk jarak antarjamaah sekitar satu meter ke kanan dan ke kiri.

Pada Ramadan yang bersamaan dengan adanya pandemi virus korona ini, jamaah salat tarawih Masjid Cheng Hoo menerapkan physical distancing. “Sama halnya salat rawatib atau lima waktu dan salat Jumat. Di masjid ini juga digelar salat tarawih dilanjutkan dengan tadarus Alquran hingga pukul 22.00,” ujar Pengurus Masjid Muhammad Cheng Hoo Ustad Zainal Mustofa.

Ada sejumlah perubahan yang berlaku di Masjid Cheng Hoo. Salah satunya, sebelumnya salat tarawih, biasanya ada kuliah tujuh menit alias kultum. Adanya virus korona membuat kegiatan ini harus ditiadakan.

Begitu juga dengan kajian Kitab Kuning setiap sore yang biasanya dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Kini, dua kegiatan itu sementara tidak digelar. “Kajian Kitab Kuning dan buka bersama setiap Ramadan selalu digelar. Saat ini ditiadakan dulu untuk menghindari kerumunan,” ujarnya.

Kini, sebelum masuk masjid, jamaah harus melalui bilik disinfektan. Dilanjutkan dengan pengecekan suhu tubuh menggunakan thermo gun. Para jamaah juga diharuskan membawa sajadah sendiri-sendiri dari rumah. Mengingat, karpet masjid telah digulung bersamaan dengan adanya pandemi.

“Dalam praktiknya, kami tetap menerapkan protokoler kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Ini demi kebaikan bersama. Saat tarawih waktunya dipersingkat, sehingga untuk kultum ditiadakan dulu,” ujarnya.

Namun, siapa saja masih bisa salat tarawih di masjid ini. Pengurus masjid tidak membatasi jamaahnya. Sebaliknya, tetap terbuka untuk umum, termasuk musafir dari luar daerah. Tetapi, mereka harus tetap mengikuti protokoler kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

“Jamaah tidak hanya warga Petungasri dan sekitarnya, dari luar Pandaan, juga ada meski jumlahnya tidak terlalu banyak. Ramadan sebelumnya untuk tarawih safnya selalu penuh, baik di lantai utama maupun bawah. Kini, maksimal lima saf. Baik laki-laki maupun perempuan,” ujarnya.

Untuk menekan penyebaran dan penularan virus korona, setiap dua hari sekali takmir menyemprot seluruh bagian masjid menggunakan cairan disinfektan. Termasuk di halaman, tempat wudu, dan toilet. “Ini bagian dari ikhtiar kami, selain untuk menekan dan memutus rantai penyebaran virus korona, juga agar jamaah nyaman dan aman beribadah,” ujarnya.

Setiap usai salat, baik salat tarawih, rawatib, maupun salat Jumat, tidak lupa jamaah membaca doa tolak balak yang dipimpin iman salat. Kala dibacakan doa, tak sedikit jamaah yang sampai menitikkan air mata.

“Doa tolak balak selalu dibacakan imam usai salat agar wabah virus korona segera berlalu. Agar kegiatan masyarakat, ekonomi, pendidikan, dan peribadatan kembali berjalan normal seperti sedia kala,” ujarnya.

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar

Tulis Disini